Website tentang analisis ilmu ekonomi, pelajaran ekonomi, akuntansi, berita ekonomi Indonesia dan dunia

Contoh KPI Bagian Produksi

El Heze

Perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur (mengolah bahan baku hingga barang jadi siap dijual) membutuhkan divisi PRODUKSI yang solid untuk membuat produk yang berkualitas, melakukan efektivitas dan efisiensi kerja pada bagian produksi. 



Perusahaan yang kegiatan utama bergerak di bidang manufaktur dan memproduksi suatu barang, maka hidup perusahaan sebenarnya sangat tergantung dari departemen produksi. 

Tanpa efektivitas dan efisiensi kinerja produksi, tentu perusahaan tidak akan bisa menghasilkan profit. Sebab selain memperhatikan berapa jumlah barang / produk yang mampu dihasilkan, divisi produksi juga harus mampu untuk melakukan efisiensi2 biaya. 

Jangan sampai perusahaan mampu memproduksi dan menjual barang, tetapi ternyata ada banyak inefisiensi cost yang terjadi di departemen produksi. Maka dari itu, untuk mengukur kinerja / performa departemen produksi, perlu adanya Key Performance Indicator (KPI). 

Apa saja indikator performa kunci yang bisa dimasukkan untuk divisi produksi? Di pos ini, kita akan bahas KPI bagian produksi. Berikut contoh KPI produksi yang bisa anda adopsi untuk perusahaan anda:  

Contoh KPI Produksi

Catatan: Angka-angka target KPI diatas hanyalah ilustrasi. Anda perlu menyesuaikan dengan angka target sesuai kondisi di perusahaan masing-masing. 

Berikut penjelasan untuk setiap poin KPI produksi: 

1. Pemenuhan tonase produksi 

Area kinerja utama produksi bisa dilihat dari kemampuan departemen produksi untuk memproduksi jumlah barang. Tentu saja, semakin banyak tonase yang mampu diproduksi sesuai permintaan (order), berarti produksi mampu memenuhi target kinerjanya. 

Oleh karena itu, perlu dimasukkan KPI yang berkaitan dengan pemenuhan tonase (kapasitas) produksi. Ukurannya bisa dalam ton/bulan atau kg/bulan. Misalnya produksi ditarget untuk memproduksi barang sebanyak 90 ton / bln. Jika mampu mencapai target tersebut, maka skor KPI produksi semakin baik dan tercapai. 

2. Reject product 

Reject product adalah banyaknya produk yang ditolak (reject) akibat cacat dalam proses pembuatannya, atau bisa jadi karena produk tersebut terkontaminasi dengan benda asing sehingga berbahaya untuk dijual ke pelanggan, atau kotor karena area produksi yang kurang higienis sehingga mempengaruhi produk. 

Tentu saja, semakin besar reject, kerugian perusahaan semakin besar juga. Hal ini karena ketika ada barang reject, barang tersebut tidak bisa dijual. 

Maka, produksi perlu diberikan target KPI untuk menekan / meminimalkan reject product. Semakin kecil reject product, maka nilai efisiensi produksi semakin besar. Hal ini berarti kinerja KPI produksi juga semakin baik. 

Ukuran reject product bisa diukur dalam satuan persentase, yaitu persentase product cacat / rusak (reject) dibandingkan dengan total produk jadi yang mampu dijual ke pelanggan.  

3. Durasi downtime mesin 

Downtime mesin merupakan berhentinya proses produksi karena gangguan (trouble) ataupun kerusakan mesin produksi. Ketika terjadi gangguan dan kerusakan mesin, tentu hal ini akan menghambat seluruh kegiatan produksi. Hal ini nantinya akan berdampak pula pada kemampuan produksi untuk memenuhi order. 

Dalam hal ini, divisi produksi harus mampu melihat dan koordinasi dengan bagian maintenance guna menganalisa dan merawat mesin sesuai dengan kebutuhannya, sehingga downtime mesin dapat dminimalkan.  

4. Pemenuhan order produksi sesuai jadwal

Ketepatan divisi produksi untuk memenuhi order sesuai dengan jadwal juga sangat diperlukan, guna melihat ketepatan dan kemampuan produksi dalam memenuhi order pelanggan. 

Ukuran KPI pemenuhan order dapat diukur menggunakan satuan persentase, di mana jika produksi diberikan target order produksi dapat terpenuhi 100%, maka departemen produksi harus berupaya untuk mencapai target KPI yang telah ditetapkan. 

5. Waste packaging 

Setiap proses produksi di perusahaan umumnya membutuhkan kemasan (packaging), khususnya perusahaan manufaktur. Kemasan harus digunakan sebaik mungkin supaya tidak terjadi kemasan yang terbuang (waste packaging). 

Tentu saja waste packaging akan menimbulkan kerugian dan tambahan biaya bagi perusahaan, sebab packaging yang terbuang tidak dapat digunakan lagi. Ukuran KPI waste packaging bisa diberikan dalam persentase. 

Misalnya waste packaging maksimal 2%, artinya waste harus 2% paling banyak dari total kemasan yang dipakai buat produksi. 

6. Labor cost / kg 

Produksi perlu memperhatikan efektivitas tenaga kerja dalam memproduksi suatu barang. Sebagai contoh, 15 tenaga kerja di shift 1 bisa menghasilkan 100 kg produk dalam 1 jam. Namun tenaga kerja di shift 2 dengan jumlah orang yang sama hanya menghasilkan 80 kg dalam 1 jam padahal targetnya adalah mengerjakan 100 kg di tiap shift. 

Berarti perusahaan perlu melakukan evaluasi. Mungkin tenaga kerja di shift 2 kurang efektif dalam memaksimalkan jam kerja, sehingga kalau jumlah upah sama, tetapi output yang dihasilkan turun, otomatis labor cost / kg akan tinggi. Hal ini akan berdampak pada inefisiensi. 

Jadi produksi dapat diberikan KPI untuk meng-efisiensikan labor cost produk/ kg-nya. Misalnya dalam KPI produksi diberikan target labor cost / kg sebesar Rp5.000/ kg, maka departemen produksi perlu memiliki upaya untuk menekan labor cost / kg, jangan sampai terjadi kenaikan labor cost yang terlalu signifikan, yang berdampak pada efisiensi perusahaan. 

7. Overtime cost / kg

Lembur (overtime) harus dikontrol. Jangan sampai lembur di produksi terlalu besar, padahal tidak efektif. Hal ini bisa dilihat melalui overtime cost  / kg-nya. Jika lembur / kg melebihi target KPI yang ditetapkan, maka perlu dilakukan evaluasi penyebab tingginya biaya lembur terhadap output. 

8. Frekuensi downtime mesin 

Kontrol dan analisa downtime mesin dari produksi sangat diperlukan. Frekuensi downtime mesin perlu diminimalkan oleh produksi, sehingga dengan semakin kecilnya durasi downtime, hal ini akan membuat proses produksi berjalan lebih lancar. 

Itulah contoh KPI produksi dan penjelasannya. Anda bisa terapkan di perusahaan masing-masing. Semoga bermanfaat. 

0 comments:

Post a Comment