Uji asumsi klasik adalah uji-uji yang harus dipenuhi dalam analisis regresi berganda yang berdasarkan pada Ordinary Least Square (OLS). Analisis regresi yang tidak berdasarkan pada OLS, misalnya regresi ordinal, regresi logistik, regresi dummy tidak memerlukan analisis uji asimsi klasik.
Uji asumsi klasik tidak perlu dilakukan untuk seluruh uji regresi linier. Sebagai contoh, uji multikolinearitas tidak perlu dilakukan untuk uji regresi linier sederhana. Anda juga tidak perlu melakukan uji autokorelasi untuk data cross section. Uji asumsi klasik tidak perlu dilakukan untuk menghitung return saham yang menggunakan market model, atau market adjusted model.
Anda bisa lihat contoh soal dan pembahasan regresi linier berganda OLS disini: Contoh Soal Regresi Linier Berganda dan Pembahasan - Bagian I. Contoh Soal Regresi Linier Berganda dan Pembahasan - Bagian II. Uji regresi tersebut membutuhkan seluruh uji asumsi klasik.
Uji asumsi klasik yang umum digunakan dalam dunia statistik adalah: Uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas. Mengenai keempat uji tersebut tidak ada urutan yang baku yang mana dulu yang harus dijalankan.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk
mengetahui distribusi normal dari variabel terikat (dependen) dan variabel
bebas (independen) dalam model regresi.
Model regresi yang baik adalah model yang
memiliki distribusi data yang normal atau mendekati normal. Untuk
mengetahui signifikansi data yang terdistribusi normal, maka uji normalitas
dilakukan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov
(K-S).
Selain Selain menggunakan uji Kolmogorov Smirnov (K-S), ada pula
uji tambahan yang dapat dilakukan untuk uji normalitas, yaitu menggunakan HISTOGRAM dan NORMAL PROBABILITY PLOT. Cara membacanya, apabila data menyebar di sekitar garis
diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
Sebaliknya, data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak mengikuti arah
garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Tetapi yang perlu anda ingat, Dalam melakukan uji
normalitas, uji utama yang harus dilakukan adalah uji Kolmogorov Smirnov.
Hal ini dikarenakan uji Kolmogorov Smirnov bersifat objektif (ketentuan pengujiannya
menggunakan angka yang sudah pasti). Sedangkan uji Histogram dan Normal
Probability Plot hanyalah sebagai uji tambahan dalam uji normalitas, karena
pengujian menggunakan Histogram dan Normal Probability Plot sifatnya subjektif.
Dikatakan subjektif karena penilaian menggunakan Histogram dan Normal
Probability Plot dapat menimbulkan bias.
Contoh uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov Smornov dan Histogram dan analisisnya bisa anda lihat disini: Uji Normalitas, Analisis dan Interpretasi.
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas
digunakan untuk mengetahui ada tidaknya keterkaitan atau hubungan yang erat
antar variabel independen dalam model regresi. Dalam pengertian statistik, dikatakan
model regresi yang baik jika tidak ada korelasi yang tinggi di antara
variabel-variabel independennya.
Sebagai contoh, jika anda ingin meneliti dengan variabel dependen (Y) Tingkat Penjualan, dan variabel independen (X) adalah Biaya Produksi, Biaya Distribusi dan Biaya Promosi. Maka antaraa biaya produksi dengan biaya distribusi harusnya tidak memiliki korelasi yang tinggi.
Demikian juga dengan variabel independen lainnya. Jika terdapat korelasi, maka hal ini dapat membuat hubungan variabel bebas dengan terikat menjadi terganggu. Setiap variabel independen harus benar2 independen dan mampu berdiri sendiri. Untuk melihat ada tidaknya multikolinearitas, maka dalam software SPSS dapat
dilihat menggunakan Variance Inflation Factor dan Tolerance.
Jika dalam suatu uji, ternyata terbukti ada
multikolinearitas, maka solusinya adalah:
1. Variabel independen yang
menyebabkan terjadinya multikolinearitas dikeluarkan dari model, lalu pembuatan
model regresi diulang kembali.
2. Menambah variabel independen
3. Melakukan transformasi data, misalnya dalam bentuk logaritma natural
Contoh uji multikolinearitas bisa anda pelajari disini: Uji Multikolinearitas dan Analisis Interpretasi.
3. Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya kesalahan
pengganggu pada perioda t dengan kesalahan pengganggu pada perioda t - 1
(sebelumnya). Autokorelasi dapat terjadi apabila penyimpangan terhadap suatu
observasi dipengaruhi oleh penyimpangan observasi yang lain atau terjadi
korelasi diantara kelompok observasi menurut waktu dan tempat.
Untuk melakukan
uji autokorelasi, data umumnya harus time
series. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi autokorelasi. Uji
autokorelasi dapat dilakukan menggunakan uji Durbin Watson (DW).
Autokorelasi pada sebagian besar kasus ditemukan
pada regresi yang datanya adalah time
series, atau berdasarkan waktu berkala,seperti bulanan, tahunan dan seterusnya.
Oleh karena itu, ciri khusus uji autokorelasi adalah waktu. Berikut contoh soal dan analisis autokoreasi: Uji Autokorelasi dan Analisisnya.
Uji
heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam uji regresi terjadi
ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan. Apabila
terjadi gejala heteroskedastisitas dalam model, maka hal ini akan mengkibatkan
varians koefisien regresi menjadi minimun, sehingga uji signifikansi statistik
menjadi tidak valid.
Heteroskedastisitas
terjadi apabila variasi reisdual regresi (Ut) tidak konstan atau
berubah-ubah secara sistematik seiring dengan berubahnya nilai variabel
independen. Konsekuensi dari adanya heteroskedastisitas adalah analisis regresi
dapat menghasilkan estimator yang bias untuk nilai variasi Ut.
Akibatnya, uji t, uji F dan estimasi nilai variabel dependen menjadi tidak
valid.
Sebagai contoh, orang kaya akan
bervariasi dalam membelanjakan uangnya, sedangkan orang yang kebutuhan pas-pasan hanya bisa
sedikit bervariasi dalam berbelanja. Orang kaya dapat saja belanja berbagai
macam barang dan jasa dari yang murah sampai yang mahal, tetapi orang yang berkebutuhan pas-pasan,
karena keterbatasan dana, ia hanya belanja barang atau jasa yang penting dan
barang kebutuhan pokok saja.
Jika keduanya digabung dalam satu data, maka pasti
prediksi model menjadi bias. Hal ini menunjukkan varians yang tidak sama antara
kedua golongan tersebut, yang berarti timbul masalah heteroskedastisitas.
Cara
melihat ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan menggunakan beberapa
uji, diantaranya adalah Uji Glejser (Glejser Test), Uji Spearman, Uji Park dan
uji tambahan berupa Scatter Plot.
Sama seperti uji
normalitas, pada uji heteroskedastisitas uji utama yang harus dilakukan adalah pengujian
dengan menggunakan Uji Glejser. Hal ini dikarenakan uji-uji tersebut bersifat
objektif (ketentuan pengujiannya menggunakan angka yang sudah pasti). Sedangkan
uji scatter plot hanya digunakan sebagai uji tambahan.
Contoh soal uji heteroskedastisitas dan analisisnya bisa anda pelajari disini: Contoh Kasus Uji Heteroskedastisitas, Analisis dan Interpretasi.
0 comments:
Post a Comment